merupakan sekolah SMP terpadu antara smp umum dengan pesantren modern

apa yang dimaksud dengan BOARDING SCHOOL ?

SISWI SICC BOARDING SCHOOL SAAT MILAD KE 2
Boarding School: Pendidikan Alternatif untuk Melahirkan Pemimpin

Ada dua fenomena menarik  dalam dunia pendidikan di Indonesia yakni munculnya sekolah-sekolah terpadu (mulai tingkat dasar hingga menengah); dan penyelenggaraan sekolah bermutu yang sering disebut dengan boarding school. Nama lain dari istilah boarding school adalah sekolah berasrama. Para murid mengikuti pendidikan reguler dari pagi hingga siang di sekolah kemudian dilanjutkan dengan pendidikan agama atau pendidikan nilai-nilai khusus di malam hari. Selama 24 jam anak didik berada di bawah pendidikan dan pengawasan para guru pembimbing.

Di lingkungan sekolah ini mereka dipacu untuk menguasai ilmu dan teknologi secara intensif sedangkan selama di lingkungan asrama mereka ditempa untuk menerapkan ajaran agama atau nilai-nilai khusus serta  mengekspresikan rasa seni dan ketrampilan hidup di hari libur. Hari-hari mereka adalah hari-hari berinteraksi dengan teman sebaya dan para guru. Rutinitas kegiatan   tersebut berlangsung dari pagi hingga malam sampai bertemu pagi lagi. Mereka menghadapi makhluk hidup yang sama, orang yang sama, lingkungan yang sama, dinamika dan romantika yang seperti itu pula.


Asrama putra SMP Pesantren SICC Boarding School
Asrama Putri SICC Boarding School
Sistem pendidikan seperti itu secara tradisional  jejaknya dapat kita selami dalam dinamika kehidupan pesantren, pendidikan gereja, bahkan di bangsal-bangsal tentara. Pendidikan berasrama telah banyak melahirkan tokoh besar dan mengukir sejarah kehidupan umat manusia mulai dari Filosof Plato hingga cendekiawan Nurcholish Madjid. Yang perlu menjadi catatan adalah bahwa mereka memang orang-orang yang bercikal bakal menjadi the great man and indigenous people. Apakah boarding  school memang bukan untuk pendidikan orang biasa? Atau sekolah ini khusus melahirkan calon-calon orang besar?

Kehadiran boarding school adalah suatu keniscayaan zaman kini. Keberadaannya adalah suatu konsekuennsi logis dari perubahan lingkungan sosial dan keadaan ekonomi serta cara pandang religiusitas masyarakat. Pertama, lingkungan sosial kita kini telah banyak berubah terutama di kota-kota besar. Sebagian besar penduduk tidak lagi tinggal dalam suasana masyarakat yang homogen, kebiasaan lama bertempat tinggal dengan keluarga besar satu klan atau marga telah lama bergeser kearah masyarakat yang heterogen, majemuk, dan plural. Hal ini berimbas pada pola perilaku masyarakat yang berbeda karena berada dalam pengaruh nilai-nilai yang berbeda pula. Oleh karena itu, sebagian besar masyarakat yang terdidik dengan baik menganggap bahwa lingkungan sosial seperti itu sudah tidak lagi kondusif bagi pertumbuhan dan perkembangan intelektual dan moralitas anak.

Kedua, keadaan ekonomi masyarakat yang semakin membaik mendorong pemenuhan kebutuhan di atas kebutuhan dasar seperti kesehatan dan pendidikan. Bagi kalangan menengah-atas yang baru muncul akibat tingkat pendidikan mereka yang cukup tinggi sehingga mendapatkan posisi-posisi yang baik dalam lapangan pekerjaan berimplikasi pada tingginya penghasilan mereka. Hal ini mendorong niat dan tekad untuk memberikan pendidikan yang terbaik bagi anak-anak melebihi pendidikan yang telah diterima orang tuanya.

Ketiga, cara pandang religiusitas. Masyarakat telah, sedang, dan akan terus berubah. Kecenderungan terbaru masyarakat perkotaan sedang bergerak ke arah yang semakin religius. Indikatornya adalah semakin diminati dan semaraknya kajian dan berbagai kegiatan keagamaan. Modernitas membawa implikasi negatif dengan adanya ketidakseimbangan antara kebutuhan ruhani dan jasmani. Untuk itu masyarakat tidak ingin hal yang sama akan menimpa anak-anak mereka. Intinya, ada keinginan untuk melahirkan generasi yang lebih agamis atau memiliki nilai-nilai hidup yang baik mendorong orang tua mencarikan sistem pendidikan alternatif.

Dari ketiga faktor di atas, sistem pendidikan boarding school seolah menemukan pasarnya. Dari segi sosial, sistem boarding school mengisolasi anak didik dari lingkungan sosial yang heterogen yang cenderung buruk. Di lingkungan sekolah dan asrama dikontruksi suatu lingkungan sosial yang relatif homogen yakni teman sebaya dan para guru pembimbing. Homogen dalam tujuan yakni menimba ilmu untuk menggapai harapan hidup yang lebih berkualitas.

Dari segi ekonomi, boarding school memberikan layanan yang paripurna sehingga menuntut biaya yang cukup tinggi. Oleh karena itu, anak didik akan benar-benar terlayani dengan baik melalui berbagai layanan pendidikan dan fasilitas yang baik. Terakhir dari segi semangat religiusitas, boarding school menjanjikan pendidikan yang seimbang antara kebutuhan jasmani dan rohani, intelektual dan spiritual. Diharapkan akan lahir peserta didik yang tangguh secara keduniaan dengan ilmu dan teknologi, serta siap secara iman dan amal soleh.








Locker siswa didepan kamar tidur asrama SICC

Kondisi di atas memungkin siswa boarding school berkembang menjadi pribadi yang utuh (insan kamil) sebagai prasyarat untuk menjadi pemimpin. Pemimpin harus memiliki sifat-sifat yang baik seperti: creativity, morality, courage, knowledge, dan commitment. Calon pemimpin minimal harus memiliki kelima sifat-sifat positif tersebut, mengingat pemimpin bisa menjadi simbol moral dan pemersatu bagi komunitasnya, pemimpin harus bisa menjadi agent of development menuju kesejahteraan, kemakmuran. Seorang pemimpin harus mampu membawa komunitasnya melangkah jauh kedepan bukan hanya sekedar menjadi one step ahead tapi lebih leading to the farthest.

Dikutip dari: http://www.google.co.id/tanya/thread?tid=4142eae16a1a87ba
0 Komentar untuk "apa yang dimaksud dengan BOARDING SCHOOL ?"

Back To Top